TEATER 4

Jam berputar detik demi detik, waktu berhenti sejenak di angka 9. Fransisca menelponku untuk menemaninya menonton film "FINAL DESTINATION 4" di sebuah mall yang berlantai 4 dan di teater 4. Aku tidak menolak dan langsung bersiap untuk pergi. Sekarang jam berhenti di angka 10 dan aku menerima sms ke-10 dari Novanda, isinya bahwa dia sekarang sedang bosan karena menunggu temannya di sebuah mall yang tidak sengaja sama dengan mall tujuanku dan Fransisca untuk menonton. Setelah aku sampai di mall tersebut, bukannya Fransisca yang aku temui pertama kali tapi Novanda. Aku dan Novanda layaknya teman yang sudah lama tidak berjumpa, dan kami pun berbincang-bincang. Tiba-tiba Novanda menunjuk ke arah bioskop dengan paras sedikit menyindir, dia menunjuk seorang lelaki yang kukenal dan seorang wanita di sampingnya. Aku sedih karena yang di tunjuk novanda adalah Richardson, pujaan hatiku. Seperti tertabrak ombak, tertusuk samurai, dan tercabik-cabik beruang, itulah gambaran hatiku saat itu. Sesaat aku pun sedikit mereda ketika Fransisca datang. Dan mencoba untuk memutar balikan fakta bahwa yang tadi di tunjuk Novanda bukanlah Richardson. 
Novanda pun pergi bersama teman janjiannya ke teater 2 dan aku langsung menuju teater 4 bersama Fransisca. Perasaanku masih cemas, gelisah, dan hanya dapat berdoa semoga wanita yang bersama Richardson bukanlah kekasihya. Hentakan suar menggema di dalam teater 4 lumayan dapat menghilangkan kesedihanku. Tidak terasa teater 4 sudah menyalakan emua lampunya, bertanda film sudah selesai. Saat aku dan Fransisca berdiri, mataku dikagetkan dengan wajah Richardson dan tangannya yang menggandeng wanita tadi di ujung tempatku berdiri, F14,F15. Sekarang bukan ombak yang menabrakku namun 30 ton pasir yang menggantikannya. JEP...!!sakit sekali, lebih sakit. 
Fransisca mencoba menenangkanku dan membujukku untuk cepat pulang. Saat aku berada di escalator bersama Fransisca, tepat di hadapanku Richardson sedang tertawa bahagia sambil menunjuk ke arah serong kiriku. Tapi aku tahu, Richardson sedikit mencuri tatapannya untuk menatapku. Tapi kenapa dia tidak berani untuk menyapaku?? Apa karena wanita itu?? mungkin. Sombong sekali Richa (panggilan akrab Richardson) tidak menyapaku, padahal hampir 3 bulan kita tidak saling bertemu. Aku pun menyadari, dia tidak sebaik yang ku kenal selama ini, bahkan dia lebih kejam dari para polisi yang menilang anak SMA yang tidak memakai helm. Akhirnya, kami pun pulang dengan motor yang sudah 11 kali ditilang polisi milik Fransisca.

Komentar

  1. iyahhh.. nanti aku mau bikin lagii...bantu aku ya

    BalasHapus
  2. wah di angkat dari kisah pribadi ya?hihi

    silmi follow back blogku dong..

    BalasHapus

Posting Komentar